Minggu, 11 Agustus 2013

Pantai Tanjung Taipa & Pantai Panggulawu Kabupaten Konawe Utara

Kabupaten Konawe Utara

Kabupaten Konawe Utara secara definitf terbentuk pada tanggal 02 Januari 2007. Luas wilayah Kabupaten Konawe Utara yaitu 500.339 Ha atau 13.38% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah perairan laut (termasuk perairan Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe ) ±11.960 Km2 atau 10,87 % dari luas perairan Sulawesi Tenggara. Secara geografis Konawe Utara Kabupaten terletak di jasirah tenggara pulau Sulawesi (Celebes Land) dengan posisi dari arah utara ke selatan dan batas batas titik koordinat dalah 03°58’59,18” S dan 121°53’26,63”E; 03° 46’35,97”S dan 122°22,34,97”E, 02°59’28,44”S dan 121° 40’55,53”E, 02° 58’54,46”S dan122° 22’34,96”E Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia  Nomor  13  Tahun  2007  Tentang  “Pembentukan Kabupaten Konawe Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara” maka Kabupaten Konawe Utara mempunyai batas-batas wilayah dibagi dalam 10 (sepuluh) kecamatan. 
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian yang telah menjadi  andalan  potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah wilayah, terlebih bagi daerah yang  memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat (etnik). Pariwisata di Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu penunjang perekonomian yang memilki prospek kedepan yang cerah, tetapi  hingga saat ini  pemerintah belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembangunan pariwisata.

Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian dan kajian ilmiah untuk  mengetahui potensi wisata alam secara efektif dan efisien guna menjaga kelestariannya. Terutama untuk daerah Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa yang kita ketahui daerah tersebut masih banyak  kawasan  wisata  alam  yang  belum digali dan dikembangkan secara informatif untuk para wisatawan. Melalui optimalisasi data potensi  ekologi, fisik perairan dan sosial budaya ekonomi masyarakat dalam bentuk wisata bahari yang berbasis konservarsi dan demi mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


Video Terumbu Karang Pantai Tanjung Taipa

Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral berkaitan dengan satu macam pemanfaatan untuk memenuhi tujuan tertentu. Hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar sektor dalam pembangunan pada wilayah pesisir dan lautan. Oleh karena itu, diperlukan pengeloalaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (PWLT). Sasaran utama pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yaitu diperolehnya manfaat maksimal dengan keutuhan wilayah tetap dipertahankan.

Pantai Panggulawu

Berdasarkan UU No. 03 Tahun 2010 tentang Pembentukan Desa Dalam Wilayah Kabupaten Konawe Utara Desa Pudonggala Utama terletak di Kecamatan Sawa seluas 3.200 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut:
-       Sebelah Utara       : berbatasan dengan Desa Matanggonawe
-       Sebelah Timur      : berbatasan dengan Desa Kokapi
-       Sebelah Selatan   : berbatasan dengan Desa Wawoluri
-       Sebelah Barat       : berbatasan dengan Laut Banda
Secara geografis posisi koordinat Pantai Panggulawu berada pada 03°45’56.78 LS dan 122°26’44.36 BT. Desa Pudonggala Utama semula merupakan bagian dari Wilayah Desa Kokapi Kecamatan Sawa, dengan dibentuknya Desa Pudonggala Utama maka wilayah Desa Kokapi dikurangi dengan wilayah Desa Pudonggala Utama dengan Jumlah penduduk Desa Pudonggala Utama adalah 385 Jiwa dan 409.57 kepadatan/km2  dan jarak antara desa dan pantai berkisar 328.24 meter dari jalan poros. Berdasarkan hasil analisis citra satelit diketahui luasan Terumbu karang di Pantai Panggulawu seluas 89.4 ha dengan beragam jenis bentuk tumbuh karang (lifeForm). Hal ini merupakan potensi besar yang dimiliki Pantai Panggulawu dan dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Konawe Utara.

Pantai Taipa


Pantai Taipa terletak di Kecamatan Lembo Kabupaten Konawe Utara, bagian Timur Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jarak tempuh transportasi ±65 kilometer sebelah Utara Kota Kendari. Posisi koordinat Pantai Taipa berada pada 03°43’44.98 LS dan 122°23’31.72 BT. Adapun batas-batas wilayah Desa Taipa sebagai berikut:
-       Sebelah Utara       : berbatasan dengan Laut Banda
-       Sebelah Timur      : berbatasan dengan Laut Banda
-       Sebelah Selatan   : berbatasan dengan Kecamatan Sawa
-       Sebelah Barat       : berbatasan dengan Kecamatan Lasolo
Pantai Taipa merupakan suatu objek wisata yang terletak di kabupaten konawe utara (sulawesi tenggara). dimana pantai ini memliki daya tarik tersendiri dengan panjang pasir putih dan gelombang perairan dangkal yang bagus bagi peselancar profesional dan hamparan terumbu karang yang seluas 1.7 Ha. dan keberadaan goa yang melengkapi indahnya obyek wisata pantai taipa. Adapun letaknya yang mudah di tempuh dengan jalur darat dan laut  memudahkan bagi wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata Pantai Taipa.

                       Istrahat buat persiapan penelitian di Pantai Panggulawu & Pantai Tanjung Taipa 




Mengingat potensi Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa yang sangat besar, maka diperlukan perhatian dari pemerintah yang lebih serius untuk pengelolaan kawasan sehingga dapat meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Utara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

Persiapan alat-alat Oceanografi untuk pengukuran sifat fisik air laut

Selama ini, pengelolaan kawasan masih menjadi tanggung jawab masyarakat sepenuhnya, sehingga itu diperlukan peran serta pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan demi menjaga kelestarian lingkungan dengan pengawasan dari pemerintah. Selain itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat di sekitar Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa tentang pengelolaan kawasan yang diharapkan sebagai pendukung dalam pengembangan kegiatan wisata bahari di Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa.

Alat penyelaman

      Beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa masih belum memenuhi baku mutu kualitas air laut untuk kegiatan wisata. Hal ini dipengaruhi oleh sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga (anorganik) penduduk untuk Desa Pudonggala Utama dan sebaran sampah organik dan anorganik di pinggir Pantai Taipa. Oleh karena itu, untuk mencegah hal itu maka diperlukan upaya pengolahan sampah.


Sunrise pantai tanjung taipa

    Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang MSY (Maximum Sustainable Yield ) sumberdaya perikanan di Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa. Hal ini dapat mendukung kegiatan wisata di Pantai Panggulawu sebagai alternatif kegiatan wisata memancing (minawisata), penjualan ikan segar, dan warung makan laut (sea food)


Refraktometer & Water Analysis

Perlu suatu perencanaan Masterplan Pariwisata dan Minawisata untuk pembangunan infrastruktur wisata agar dapat menciptakan keteraturan bangunan dan juga dapat memuaskan pengunjung yang ada disekitar wilayah Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa.

Global Possitioning System (GPS)

Salah satu potensi alam yang menjadi daya tarik pariwisata adalah adanya ekosistem terumbu karang. Terumbu karang adalah endapan dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum cnidaria,klas anthozoa, ordo Madreporaria/Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybekken, 1992). Organisme yang dapat mengeluarkan kalsium karbonat misalnya jenis molusca, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunicate serta biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton dan ikan.


Jenis  Heliofungia actiniformis 



Lingkungan terumbu karang terdapat dua jenis kelompok karang, yaitu hermatipik dan ahermapitik. Karang hermapitik dapat menghasilkan terumbu tetapi di temukan di seluruh dunia. Perbedaan yang mencolok antara kedua karang ini adalah terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis dengan karang hermatipik tidak. Siumbiosis karang dapat hidup berkoloni atau sendiri, koloni karang tumbuh dengan polip-polip yang bertunas menjadi polip baru secara aseksual. Koloni baru dibentuk melalui menetapnya seksual (Nybakken, 1992).
Menurut lokasinya, tipe terumbu karang dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu:
1)    Terumbu karang tepi (fringing reef), yaitu terumbu karang yang terletak di pantai, pada kedalaman sekitar 40 meter. Terumbu karang ini tumbuh ke atas dank e arah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat di bagian yang cukup arus, sedangkan antara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhan yang kurang baik bahkan banyak yang mati karena sering mengalami kekeringan dan banyaknya endapan yang dating dari darat. Tipe ini umum dijumpai di Indonesia.
2)    Terumbu karang penghalang (barier reef), yaitu terumbu karang yang terletak di berbagai jarak kejauhan pantai dan dipisahkan oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-75 meter). Terumbu karang penghalang berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum dimana karang batu pembentuk terumbu dapat hidup. Umumnya terumbu karang penghalang memanjang menyusuri pantai dan biasanya hidup melingkar.
3)    Terumbu karang cincin (atoll), merupakan terumbu karang yang melingkari suatu laguna. Kedalaman rata-rata goba atau laguna di dalam atoll sekitar 45 meter. Karang penghalang dan karang cincin merupakan tipe karang di Indonesia timur.
4)    Terumbu karang takat (patch reef/ platform reef)
Tipe terumbu karang tepi dan terumbu karang takat lebih sering dijumpai di wilayah indonesiabagian barat, salah sarunya di bagian utara pulau jawa.
Ekosistem terumbu karang juga dapat dibedakan atas tiga macam bentuk permukaan dasar, yaitu (Rachmawati, 2001):
             1)     Mendatar (reef flat)
Dipengaruhi oleh keadaan pasang surut air lautdan gelombang sehingga habitat yang hidup disini memiliki kondisi lingkungan yang bervariasi.
2)     Miring (reef slope), dibedakan lagi menjadi dua lereng:
-        Lereng terumbu depan (fore reef slope), lebih dalam kea rah laut lepas.
-        Lereng terumbu belakang (goba).
            3)     Dalam (lagoon floor) atau teras dasar (submarine terrace).
Permukaan dasar yang dalam biasanya merupakan tempat akumulasi sedimen.Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan oleh proses alami (fisik dan biologis) maupun akibat aktivitas manusia (proses antopogenik). Berdasarkan penelitian supriharyono (2000), di perairan pantai sekitar jepara (jawa tengah) ada kecenderungan bahwa penurunan jumlah persentase karang hidup juga diikuti dengan penurunan jumlah jenis karangnya. Segara umum, kerusakan terumbu karang juga dapat disebabkan oleh sedimentasi yang tinggi berasal dari sungai-sungai di sekitarnya (Supriharyono, 2000). Selain itu, pengambilan karang untuk bahan bangunan atau akuarium, penangkapan ikan yang berlebihan atau dengan alat dan bahan yang merusak, maupun pencemaran perairan (limbah kimia, limbah kemasan, dan bahan pencemar lainnya), akibat aktivitas penyelaman, peletakan jangkar di atas terumbu, dan pengambilan biota untuk cinderamata.


Potensi  sumberdaya  alam  yang  dimiliki  Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa  juga perlu  dipertimbangkan,  mengingat  kegiatan  wisata  yang  ada dapat  berkelanjutan  sehingga perlu diidentifikasi lebih dalam prospek pengembangannya. Prospek  pengembangan  ini  nantinya  akan  diteliti dan dikaji dengan tiga aspek pendekatan yaitu aspek ekologi, aspek fisik perairan, dan aspek sosial-budaya-ekonomi masyarakat.  Aspek ekologi digunakan untuk mengetahui lokasi wisata snorkling, aspek fisik perairan digunakan untuk mengetahui zonasi renang pengunjung, dan  aspek sosial-budaya-ekonomi untuk mengetahui potensi masyarakat yang perlu dijadikan sebagai daya tarik pengunjung, sehingga kegiatan-kegiatan wisata di Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa dapat dikembangkan dan ditingkatkan atau dipertahankan.  

Jenis  Mussa angulosa 

 

Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa sudah tentu selain memberikan manfaat baik secara pencitraan dan finansial bagi kehidupan masyarakat juga dapat memberikan peluang kepada masyarakat sekitar pesisir untuk memperoleh akses kemanfaatan dengan cara turut berpartisipasi dalam hal produk wisata. Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa sebagai produk wisata, yang dalam hal ini bidang kebudayaan memiliki potensi (a) daya tarik daerah yang dapat ditawarkan, (b) pengadaan fasilitas pariwisata daerah milik publik, yang mencakup akomodasi, usaha makanan, hiburan dan rekreasi, (c) kemudahan mencapai tujuan wisata dari wilayah lain di luar daerah. 


Dengan demikian, kegiatan mengenai data base ekologi, oceanografi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat bagi pengembangan kewisatabaharian Pantai Panggulawu Desa Pudonggala Utama Kecamatan Sawa dan Pantai Taipa  Desa Taipa Kecamatan Lembo Kabupaten Konawe Utara perlu dilakukan demi perkembangan wisata bahari menuju masyarakat yang sejahtera dan terciptanya keseimbangan ekologi perairan.

Jenis  Favia rotundata 


Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait berupa  obyek  wisata  sendiri  yang  dapat  dijual dengan  sarana  dan  prasarana  yang mendukungnya yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha  mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan  suatu  daerah  tujuan wisata. Faktor-faktor itu terkait  lima unsur pokok  yang  harus ada dalam suatu daerah  tujuan  wisata,  yang  meliputi  obyek  dan  daya  tarik wisata,  prasarana  wisata,  tata  laksana,  atau  infrastruktur  serta kondisi dari masyarakat atau lingkungan.

Acropora Formoza



Pengembangan pariwisata harus dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem. Menurut menteri kebudayaan dan pariwisata, tiga prinsip dasar pengembangan ekowisata meliputi prinsip konversi, berarti mampu memelihara, melindungi, dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumberdaya alam. Prinsip partisipasi masyarakat didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat, serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya secara berimbang antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak. Selain itu juga sebaiknya dilandasi dengan prinsip edukasi (mengandung semua unsur pendidikan untuk mengubah perilaku seseorang menjasi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya) serta prinsip wisata (memberikan kepuasan kepada pengunjung).


Anemon
 

Penataan kawasan ekowisata yang memperhatikan prinsip konservasi ditujukan untuk memperhatikan prinsip konservasi ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan alam. Menurut Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia (2007) dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Pola ruang adalah distribusi peruntukkan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya.

Penyelam I

Upaya  pengembangan  pariwisata  yang  dilihat dari  kebijaksanaan  dalam  pengembangan  wisata  alam,  dari  segi  ekonomi  pariwista alam   akan   dapat   menciptakan   lapangan   pekerjaan.   Memang   pariwisata   alam membutuhkan  investasi  yang  relatif  lebih  besar  untuk  pembangunan  sarana  dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi  yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam  tersebut.  Banyak  pendapat  yang  menyatakan  bahwa  pariwisata  alam  yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk  mengembangkan  perekonomian.  Salah  satu  penyebabnya  adalah  sulitnya mendapatkan  dana  pengembangan  kegiatannya.  Pengelolaan  kawasan  wisata  alam banyak  menggunakan  dana  dari  pendapatan  pariwisata  dari  pengunjung  sebagai mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.

Penyelam II

Alternatif strategi pengolahan yang tepat untuk pengembangan wisata bahari di Pantai Panggulawu dan Pantai Taipa terdiri dari tiga prioritas yaitu : pertama, memanfaatkan potensi sumberdaya, atraksi wisata, obyek wisata arkeologi (kuburan lasamana, goa kelelawar, goa tengkorak) dan aksesibilitas kawasan untuk menarik pengunjung untuk melalui promosi; kedua, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui penyuluhan dan pembekalan keterampilan sebagai penunjang dalam pariwisata; dan tiga meningkatkan pengawasan dan penegakan peraturan dalam pengolahan kawasan dan menjaga kelestarian alam.


Catatan:

video &  foto-foto tersebut di atas merupakan hasil penelitian kami,,  dan kami mohon maaf  apabila video & foto di atas hanya sebagian saja yg kami upload,, di Pantai Tanjung Taipa & Pantai Panggulawu banyak terdapat jenis karang dan biota yg kami temukan tetapi sebagian telah terjadi kerusakan yg diakibatkan oleh masyarakat di sekitar wilayah itu, mereka masih sering melakukan perusakan dengan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti pemboman dan penggunaan alat tangkap trowl,, maka dari itu di pantai tersebut perlu dilakukan rehabilitasi ekosistem untuk menjaga keutuhan dan kelimpahan organisme demi menjaga kestabilan lingkungan dan keberlanjutan hidup generasi kita dimasa yg akan datang.  Demikian, Terimaksih atas kunjungannya. Wassalam........

By. Arta

Minggu, 15 Mei 2011

Keterikatan Suku Tolaki Terhadap Lingkungan

Suku Tolaki merupakan suku asli  yang berasal dari propinsi Sulawesi Tenggara, dimana keberadaan Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara tersebar di beberapa Kabupaten yang diantaranya Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara dan Kota Kendari.

Berdasarkan sejarah kebudayaan, Suku Tolaki berasal dari keturunan bidadari yang turun dari lagit dan bertemu dengan seseorang yang bernama Oheo (latolaki) di sebuah gunung yang sekarang diberi nama Gunung Oheo yang letaknya berada didaerah Kabupaten Konawe Utara. Sehingga sampai saat ini yang mencirikan gaya bidadari pada suku Tolaki adalah tarian lulo atau tarian yang perpegangan tangan sambil membentuk lingkaran yang menyerupai pada saat bidadari turun dari langit sambil memegang tangan mereka.

Lingkungan pemukiman suku Tolaki merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam, sehingga dengan lengkapnya kebutuhan pangan disekitarnya sehingga suku Tolaki selalu menggantung hidupnya dengan lingkungannya. Jadi ketertinggalan suku Tolaki akan pengetahuan sangat terlambat karena diakibatkan kemanjaan dengan alam.

Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi informasi, suku Tolaki mulai bangkit dengan ketertinggalannya terhadap pengetahuan pendidikan. Sehingga berdasarkan informasi pada saat ini, bahwa generasi suku Tolaki sudah tersebar di segala polosok indonesia dan dunia hanya untuk mengejar serta mempelajari segala bentuk pengetahuan  demi membangun daerahnya walaupun itu penuh dengan rintangan dan cobaan tetapi semangat tidak akan luntur demi kampung ibu pertiwi.

Demikian sekilas informasi tentang generasi suku Tolaki, yang diharapkan bagi penulis semoga tulisan ini menjadi sportifitas bagi kita penerus suku Tolaki untuk mengembangkan pengetahuan pendidikan dan kembali membangun kampung halaman kita....!!!!!!!!!!!!!!!!

By. Suharta Ammijaya Husen, S.Kel.M.Si